Cerita Mesum Sodokan Nikmat Dari Supir Taksi

Cerita Mesum Sodokan Nikmat Dari Supir Taksi – Faried, ia berumur 25 tahun dan merupakan seorang supir taksi yang melewatkan hari demi hari kehidupannya dengan beragam nuansa: terkadang sangat melodramatis, romantis, sentimentil, bahkan lucu. Selama bekerja sebagai sopir taksi di ibukota selama beberapa tahun Faried telah mengalami banyak kejadian yang fenomena itu. Suatu ketika, ia mengembalikan dompet seorang ibu yang ketinggalan di taksinya.

Sesungguhnya, ia tidak mengharapkan keuntungan apa-apa dari situ, sebab kejujuran dan kepolosan sudah menjadi bagian integral dari jiwa, tubuh dan segenap aktifitas kesehariannya. Kalau pun kemudian, si ibu dengan ekspresi wajah lega dan ucapan terima kasih tak terhingga, lalu memberikan uang sebagai penghargaan atas ‘jasa’ nya, dan kemudian dengan halus si sopir itu menolaknya, itu semata-mata karena apa yang telah ia lakukan sudah menjadi tugasnya .

Komitmen Faried untuk menjunjung tinggi ‘harkat ke-supir taksi-an’ saya, tak lebih. Pada kesempatan lain, IA menolong seorang korban kecelakaan lalu lintas di depan kampus sebuah perguruan tinggi. Ia segera membawanya ke unit Gawat Darurat Rumah Sakit terdekat, dengan tidak memperhitungkan lagi berapa tarif taksi yang dapat diperolehnya bila ia tetap mengabaikan kejadian itu. Semua terasa seperti tindakan ‘bawah sadar’ yang telah terbentuk semu selama bertahun-tahun, sejak yang telah berlalu, yang telah menanamkan nilai-nilai kearifan tradisional dalam diri Faried

Hari itu Faried kembali menjalani rutinitasnya seperti biasa. Untuk yang satu ini memang bukan rutinitas yang lazim, karena setiap petang tiba, ia menjemput Ayu (25 tahun), tokoh sentral berikutnya, yang adalah seorang wanita panggilan ‘kelas atas’ yang tinggal di sebuah rumah mewah di sebuah kompleks pemukiman perumahan, untuk kemudian membawa ke suatu tempat, di mana saja, yang telah disepakati sebelumnya oleh pelanggan setianya itu.

Ayu sudah menyewa taksi Faried selama enam bulan. Jadi pada jam-jam tertentu – biasanya petang hari – Faried menjemputnya di rumah tersebut, membawanya ke tempat yang senantiasa berbeda-beda tergantung mana yang ditunjuk wanita itu, lantas mengantarnya kembali pulang setelah ‘bisnis’-nya usai pada jam-jam tertentu pula. Ayu membayar cukup mahal untuk tugas tersebut dan Faried menerima itu sebagai bagian tak terpisahkan dari harkat ‘ke-supir taksi-an’ nya.

Ia tidak menganggap itu sebagai kerja yang hina lantaran menerima bayaran dari hasil desah dan keringat maksiat Ayu. Ini bagian dari tugas, demikian ia mencari alasan pembenarannya. Faried selalu menganggap persetan dengan semua anggapan sinis tentang dirinya. Baginya, ia tetap memiliki hak untuk menentukan sikap dan melakukan apa yang terbaik bagi dirinya sendiri. Prinsip sederhana memang tapi logis.

Sudah empat bulan kasih Faried melakukan ‘tugas rutin’ itu. Ia sudah berusaha menghilangkan psikologis apa pun termasuk perasaan cinta. Terus terang sebagai seorang pria, Faried memang tidak dapat mengingkari kata hati bahwa Ayu memang cantik dan diam-diam ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Dengan rambut sebahu, wajah oval proporsional, hidung bangir, kulit putih dan postur tubuh ramping semampai, Ayu tampil mempesona mata setiap pria yang melihatnya, termasuk dirinya. Sebagai lelaki bujangan dan normal, Faried tidak dapat menepis getar-getar aneh saat wangi parfum Ayu yang khas menyerbu hidung ketika ia masuk ke taksinya. Tapi ia berusaha mendorong perasaan itu sekuat-kuatnya.

Terlebih, ketika muncul rasa cemburu, saat Ayu terlihat digandeng oom-oom kaya yang lebih pantas menjadi dianggap. Faried seyogyanya harus menempatkan diri pada posisi yang benar: ia adalah pelanggan dan saya hanya supir taksi. Maka ia mematuhi rambu-rambu itu secara konsisten. Terlebih secara finansial dan finansial ia kalah jauh dibanding Ayu, mana mungkin wanita gedongan dan sudah terbiasa menikmati kemewahan seperti Ayu mau dengan sopir taksi miskin dengan tampang ndeso seperti dirinya, bukankah itu bagaikan pungguk merindukan bulan? Cukup tahu diri mengenai hal ini.

Percakapan mereka pun, baik ketika pergi maupun pulang, biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa, bahkan nyaris bersifat rutin. Faried berusaha menjaga jarak dengan Ayu agar tidak terlibat lebih jauh ke masalah yang sifatnya terlalu pribadi. Namun belakangan ini sudah ada peningkatan ‘peningkatan kualitas pembicaraan’. Tidak hanya sekedar, ‘Mau ke mana?’ atau ‘Jam berapa mau dijemput?’, dan sebagainya. Ayu mulai menanyakan latar belakang pribadi sang sopir berlangganannya itu menanyakan ada berapa jumlah penumpang di taksinya untuk hari ini. Tentu Faried pun ada rasa gembira pada perkembangan yang menarik ini. Mulanya sang sopir rikuh tapi lambat ia mulai menyesuaikan diri dan menjadi pembicara atau pun pendengar yang baik.

Seiring berjalannya waktu, hubungan emosional mereka pun hangat. Ayu mulai tak canggung-canggung mengungkap riwayat hidupnya pada sopir si sopir. Ternyata produk keluarga broken home. photomemek.com Ayah dan ibunya bercerai, ibunya kabur bersama pria lain sehingga ia ikut andil pemabuk dan tukang pukul utama. Ia tidak tahan dan prihatin dengan kondisi seperti itu sehingga memutuskan untuk minggat dari rumah sakit dan mengadu nasib ke ibukota. Kuliahnya pun tidak selesai. Awalnya ia tinggal di rumah seorang famili jauhnya dan mulai mencari pekerjaan agar dapat mandiri.

“Saya harus terus hidup dan berjuangan”, kata Ayu definisi hati.

Bermodalkan kecantikan dan keindahan tubuhnya, ia menjadi SPG lalu tak lama mulai memasuki model dunia. Foto-foto dirinya pernah menghiasi majalah fashion, lifestyle hingga majalah pria dewasa. Selain itu ia juga mendapat peran kecil dalam beberapa sinetron lokal. Namun, tanpa disadarinya, perlahan namun pasti ia terjerumus ke lembah nista. Kehidupan malam dan hingar bingar pesta, sepertinya memberikan keleluasaan baru dan ia bagai memperoleh jati diri di sana.

Sejak itu Ayu dikenal sebagai model plus-plus, ia menjadi primadona di kalangan atas. Hampir semua klien-nya siap melakukan apa pun untuk berkencan dengannya. Belakangan, ia kemudian menjadi ‘simpanan’ seorang direktur sebuah bank swasta ternama di negeri ini, dengan tip dan bayaran yang sangat besar plus rumah mewah komplit segala isinya. Sang Direktur hanya datang pada waktu-waktu tertentu saja untuk menemui Ayu. Meskipun begitu, profesinya juga ditanggapi, selain menjadi model ia menjadi wanita panggilan kelas atas.

“Saya menemukan pekerjaan ini,” katanya suatu ketika, suaranya terdengar serak dan berkesan dipaksakan.

Faried melirik melalui kaca spion, wanita cantik itu duduk santai di belakang, menyelonjorkan kaki dan rokok. Faried tersenyum dan kembali pandangan ke depan. Ayu tak menjelaskan lebih jauh yang telah dikeluarkan. Hanya kepalanya terangguk-angguk pelan menikmati lagu melankolis ‘When A Man Loves A Woman’-nya Michael Bolton yang mengalun dari radio di tape mobil Faried.

“Omong-omong… Abang sudah punya pacar atau udah berkel?” tanyanya tiba-tiba.

Gelagapan Kontan Faried dan agak kehilangan konsentrasi mengemudi.

“Saya sih udah cerai Mbak” ia menjawab tersipu, “ya ​​waktu masih di kampung dulu sampai sekarang yah ginilah, masih sendiri”

Sebuah jawaban yang jujur ​​terlontar dari mulut si sopir itu. Ayu terkekeh. Ia menghirup rokoknya dalam-dalam. Rimbun asapnya mengepul-ngepul, memenuhi kabin taksi. Faried berlari ludah.

“Kalau Mbak Ayu sendiri bagaimana?” saya balik bertanya.

“Abang tahu sendiri, kan? Banyak. Banyak sekali, ”sahut Ayu, suaranya terdengar hambar, kedengarannya ia seperti melontarkan sebuah pesan atau apologi? entahlah

“Banyak memang. Tapi hampa, ”Faried lupa dengan getir.

Untuk beberapa saat Ayu terdiam. Ia mematikan rokoknya, lalu merenung… lama. Hanya deru mesin mobil dan getar alat air conditioner taksi terdengar. Lalu lintas di larut malam itu memang telah sepi. Sebagian lampu jalan telah dipadamkan. Faried tiba-tiba menyadari kecerobohan dan kelancanganya, maklum sebagai orang kampung ia terbiasa bicara ceplas-ceplos apa adanya.

“Eh… maaf ya Mba, apa saya….”

“Nggak apa-apa Bang. Itu emang benar, mereka hampa, cuma punya tubuh dan nafsu, bukan jiwa dan cinta, ”Ayu bertutur dengan lirih

Faried menghela nafas panjang, ia merasa dadanya sesak, simpati pada nasib wanita secantik Ayu harus bernasib demikian.

“Hidup menawarkan banyak pilihan, Mbak.”

“Tapi saya tak punya pilihan!” sangkal ayu dengan nada suaranya meninggi

“Kearifan menyikapi dengan landasan moral, itu kunci untuk memilih. Kita memang tak akan pernah tahu apakah pilihan hidup kita sudah tepat. Tapi setidaknya, kita mesti punya pegangan yang kokoh untuk menentukan ke mana kita mesti melangkah, ”Faried lembut berusaha menghiburnya.

Terdengar nafas berat Ayu di belakang. Suasana menciptakan dan kaku.Keduanya tak bercakap-cakap lagi hingga taksi Faried tiba di gerbang depan rumah yang dituju.

Ayu hanya mengucapkan ‘Selamat malam. Sampai jumpa besok sore ‘.

Faried pun pulang ke rumah kontrakannya dengan rasa yang bertumpuk, sepertinya ia telah menyinggung wanita itu dengan omongannya. Ketika selesai tugas malam itu, ia menemukan sebuah lipstik di lantai belakang taksinya.

Esok harinya itu adalah hari terakhir kontrak sewa Faried dengan Ayu. Ia menjalani rutinitas ekstranya seperti biasa, ia menjemput Ayu pada waktu dan tempat yang sama.

“Maaf, apa ini punya Mbak? Kemarin saya nemuin di belakang ”kata Faried sambil menunjukkan lipstik yang dipungutnya kemarin

“Ohh… iya benar, makasih ya Bang, sepertinya jatuh waktu saya ngambil rokok kemarin” Ayu tersenyum, kasih seraya mengambil lipstik itu.

Kekakuan komunikasi akibat ‘insiden’ semalam berangsur-angsur lenyap. Faried pun berusaha untuk lebih hati-hati kata-kata agar perasaan menjaga Ayu.

“Apa Mbak tidak bosan dengan rutinitas seperti ini?” ia membuka percakapan,

“Apa Abang punya ide yang baik?” wanita cantik itu balas bertanya.

“Yah… misalnya rutinitas yang baru. Kawin dengan lelaki yang mampu memberi nafkah cukup lahir batin – tidak hanya limpahan materi yang semu belaka, hidup bahagia, punya anak dan menikmati kehidupan, ”Kalimat kalimat tersebut sesantai mungkin tanpa beban, ia ingin mendengar komentar Ayu mengenai hal ini.

Sejenak Ayu terdiam. Faried kembali melirik ke belakang lewat kaca spion mobil. Wanita itu terlihat sangat cantik dengan make up tipisnya, parasnya yang memukau seperti bercahaya, dibanding para pelacur warung remang-remang atau pinggir jalan tentu ibarat bumi dan langit. Ia melepas pandang ke luar dari kaca jendela taksi yang buram, sepertinya menilai sesuatu.

“Itu angan-angan yang terlalu ideal, Bang,” jawabnya pada akhirnya.

“Jangan melihat ini sebagai sesuatu yang naif, Mbak. Saya rasa pendapat saya cukup realistis. Gak mengada-ada. Setiap orang, baik lelaki maupun wanita, pasti pernah berpikir tentang hal itu: Kebahagiaan berkeluarga. Semuanya akan kembali pada prinsip dan keinginan orang yang peduli, sepanjang ia sadar dan yakin hal itu akan memberikan ketenteraman bagi jiwanya, hatinya dan segenap aktifitas kesehariannya, ”Faried mencoba berargumen.

Kita punya harga yang berbeda Bang. Tak bisa bertemu. Jangan terlalu banyak mimpi. Kita hidup berada dalam kemungkinan-kemungkinan. Apa yang terjadi kemudian, kita bisa menebak. Dan itu sering tidak persis sama seperti yang kita bayangkan, ”ujar Ayu lirih dengan bibir yang bergetar.

Faried menarik nafas, putus asa.

“Apakah Mbak menganggap bahwa lakon hidup yang Mbak lakukan selama ini sama persis seperti yang Mbak bayangkan sebelumnya?”

“Memang gak sama Bang. Bahkan sangat jauh berbeda. Saya gak pernah mengimpikan menjalani kehidupan seperti ini. Tapi, bukankah ini bagian dari kemungkinan-kemungkinan hidup? Gak berarti saya mengatakan bahwa saya menolak kehidupan berkeluarga. Saya bukan orang yang munafik lah, terus terang dalam hati saya tetap mendambakan seorang suami yang dapat menyayangi dan memanjakan saya serta anak sebagai tambatan hati. Namun, kalau saya telah menemukan ketenangan pada profesi yang saya lakoni saat ini, bagi saya yang menilai pilihan yang keliru. Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk memaknai hidupnya. ”

“Apa Mbak merasa bahagia dengan memaknai hidup dengan jalan ini?”

“Saya gak bisa menjawabnya Bang. Abang gak akan pernah tahu ukuran dan nilai kebahagiaan bagi saya seperti apa. Begitu pula Ag. Kita punya ‘nilai rasa’ yang berbeda dalam menakar kebahagiaan, ”Ayu bertutur pelan dengan tidak mengalihkan pandangan ke arah luar taksi.

Faried terdiam, ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia sadar, wanita itu cukup konsisten dengan memegang prinsipnya. Mendadak, kesedihan merambah dalam hati sopir taksi itu. Hari ini adalah hari terakhirnya bersama Ayu. Besok, Ayu akan berangkat berlibur ke Singapura dan Australia mendampingi direktur utama selama sebulan. Ia tidak tahu apakah Ayu akan menyewa ‘jasa’ nya lagi kelak atau mungkinkah mereka bisa bertemu lagi kelak.

Baginya itu tidak penting. Kebersamaan dengan wanita penghibur kelas atas itu selama ini, tanpa sadar membangkitkan rasa cinta dan keinginan melindungi dalam hatinya. Wanita itu bukan hanya sekedar berlangganan, namun telah menjadi teman konsumen. Melalui kaca spion mobil, ia melirik Ayu. Ia begitu cantik, sangat cantik, mengapa bunga yang begitu indah harus terhanyut dalam kubangan kotor? Faried sekaligus nelangsa.

Tak lama kemudian, mereka telah sampai ke tujuan. Faried segera mematikan mesin mobil dan pikirannya galau sepanjang menunggu panggilan dari Ayu untuk mengantarnya pulang, tak terasa lima puntung rokok telah habis sampai kotak rokoknya kosong. Hujan deras mengguyur ibukota di tengah perjalanan pulang mengantarkan wanita itu. Setibanya di rumah Ayu, Faried turun dan mengeluarkan payung sebelum membuka pintu belakang dan memayungi wanita itu hingga ke gerbang.

“Bang, masuk dulu aja, minum dulu sambil menunggu hujan reda!” tawar Ayu setelah buka gembok.

“Tapi Mbak…”

“Sudahlah Bang, masuk saja, hujannya terlalu deras, mana ada yang numpang saat-saat gini?” Ayu malah menarik lengan Faried memasuki pekarangan rumah sakit.

Faried tidak bisa menolak lagi ajakan wanita itu, malah hati kecilnya merasa girang. Mereka berlari kecil ke pintu. Ayu membuka pintu dan mempersilakan sopir taksi itu masuk. Faried langsung merasakan kehangatan begitu memasuki itu. Ayu memang memang menata interior ruangan sehingga terlihat menarik dan nyaman. Dekorasi ruangan ruangan bertema oriental, beberapa buah patung menghiasi berbagai sudut. Faried terbengong-bengong memandangi sekitar ruangan itu, entah perlu gaji berapa puluh tahun baru bisa membeli rumah seperti ini.

“Duduk Bang!” Ayu mempersilakannya duduk di sofa “mau minum apa nih? Teh? Kopi? Jus?” tawarnya sambil ke mini bar dekat situ.

“Kopi panas aja Mbak, makasih ya!” jawab Faried sambil menjatuhkan diri di sofa.

Ada beberapa majalah dan surat kabar di bawah meja ruang tamu. Faried pun membuka-buka majalah sambil menunggu Ayu membuatkan minum. Di sebuah sudut ruangan nampak sebuah koper besar dan sebuah yang kecil, Ayu memang telah selesai mengepak barang-barang yang akan dibawa oleh besok tinggal diangkut ke mobil.

“Bang, diminum dulu kopinya” tiba-tiba Ayu sudah berada di dalam dan meletakkan kopi yang masih mengepul atas meja di depanku.

Badannya agak, sehingga sopir taksi bisa melihat sekelebatan tonjolan dua bukit dadanya yang kencang dan dibalut bra hitam lewat gaun terusannya yang longgar. Sejenak dadanya berdesir dan tiba-tiba merasa celananya tiba-tiba menjadi sempit.

“Makasih ya Mbak!”

Ayu kemudian duduk di sebelahnya cukup dekat untuk ukuran seorang sopir taksi dan penumpangnya. Keduanya mulai mengobrol dan bercerita tentang apa saja, juga saling bertukar rahasia dan mereka tertawa lepas.

“Ini hari terakhir kita bertemu Bang! Besok saya pergi… makasih ya bantuannya selama ini ”kata Ayu berkata sambil menghela nafas.

Hingga suatu saat, Faried memberanikan diri dengan dada berdebar keras memegang jemari tangan wanita itu, ia ingin menambah penghiburan sebelum pergi jauh dalam waktu relatif lama. Ayu agak tertegun, tapi tidak menolak.

“Mbak… jaga diri di sana ya” kata Faried singkat.

Ayu tersenyum, “Ya… makasih, Abang juga, semoga dapat jodoh yang baik” balasnya.

Tiba-tiba Ayu rilis tangan sopir taksi itu lalu berdiri kemudian menuju kamar.

“Tunggu bentar ya Bang!” katanya sambil tersenyum penuh arti, ia lalu mengambil TV jarak jauh di meja ruang tamu dan mengasapi TV di depan mereka, “nonton aja dulu ya sambil nunggu!” lalu ia masuk ke kamar.

Di ruang tamu, Faried mendengar ucapan-ucapan suara yang mengucur deras dari dalam kamar itu. Rupanya di dalam ada kamar mandi dalam. Tak lama kemudian, Ayu keluar dari kamar, kini ia sudah memakai kimono sutra berwarna biru. Sungguh cantik dan menggairahkan ia dalam balutan pakaian tersebut, belahan pahanya, pahanya yang indah.

“Ayo sini Bang!” ajak Ayu sambil menggandeng tangan Faried.

“Tapi Mbak… mau apa?” Gugup dengan ajakan wanita tersebut.

Ia menurut saja walau merasa canggung karena baru pernah seorang wanita ajakannya masuk ke kamar seperti ini.

“Eeennggg… .kamarnya bagus ya Mbak!” pujinya sambil menutup kegugupan, “kita mau apa Mbak?”

Ayu hanya menjawab terima kasih, dia terus menuntun Faried hingga memasuki kamar mandinya. Di dalam kamar mandi, ia melihat udara kran masih mengucur hampir memenuhi separuh dari bak mandi. Wangi harum dari bubble bath segera mengurus paru-paru pria itu.

“Bang… makasih ya atas bantuannya selama ini” kata Ayu lalu tiba-tiba merangkul sambil mendorong Faried ke belakang sehingga pria itu terhimpit ke tembok, lalu meraba sekujur tubuh sopir itu, “abang orang baik, tulus, jarang saya temui orang seperti abang jaman sekarang ini, apalagi di dunia saya ”

“Eeee… apaan nih Mbak?” Faried mencoba menghindar antara mau dan tidak.

“Anggap ini hadiah perpisahan dari saya Bang… sekaligus terima kasih untuk mengembalikan lipstik saya itu” habis menyatakan Ayu lalu mencium Faried dengan bernafsu sekali sambil menikmati meremas-remas selangkangan pria itu.

Iman Faried pun dengan cepat runtuh. Ia ciuman bibir dan bibir indah Ayu sambil mencium lembut pantatnya. Ayu mulai melepaskan satu persatu kancing seragam sopir Faried. Belaian tangan lembut wanita itu pada dadanya membangkitkan gairah si sopir taksi, kelelakiannya terasa semakin keras sehingga celana panjangnya terasa semakin sesak. Tangan agaknya gemetar dan mulai berani meraba dan meremas lembut bukit dada Ayu.

Wanita itu melenguh dan semakin ganas dengan permainan “french kiss” nya. Sebentar saja seragam sopir itu sudah lepas dan jatuh ke lantai. Ayu lanjutkan dengan membuka celana panjang pria itu. Faried pun mulai rilis tali pinggang yang membalut kimono Ayu. Payudaranya yang sudah membusung dengan putingnya yang tegak telah membayang di balik kimononya, terlihat jelas ia sudah tidak memakai bra lagi.

Ayu meraba dan meremas lembut batang kemaluan Faried yang masih dibalut celana dalamnya. Dia memainkan jemarinya dan mulai merogoh masuk celana dalam itu, menjemput batang kelelakian si sopir taksi. photomemek.com Dengan sekali tarik, terbukalah kimono Ayu, wanita itu lalu meloloskan sehingga kimono itu segera jatuh ke lantai. Betapa indah tubuh di baliknya yang sudah tidak memakai apa-apa lagi, kulit putih mulus dan begitu terawat. Kemaluannya ditumbuhi bulu-bulu yang halus dan dicukur rapi, tidak terlalu lebat, tapi juga tidak terlalu tipis. Celah kewanitaannya membayang di balik bulu-bulu tersebut.

Telanjang sudah wanita cantik itu di depan Faried yang selama ini mengisi fantasinya. Bukit dadanya yang ranum dengan putingnya yang berwarna kemerahan telah menegang seolah menantang untuk mengulumnya. Perlahan, Faried mulai menyusuri bukit dadanya yang sebelah kiri dengan lidahnya. Ia memainkan lidahnya hingga ke putingnya. Ayu pun mendesis saat lidah pria itu menyentil dan mengitari putingnya, sementara tangan kiri pria itu meremas dengan lembut dan memainkan bukit dada dan putingnya yang kanan. Ayu mendesah nikmat. Tangannya merenggut celana dalam Faried dan menurunkannya dengan cepat terlepas ke lantai. Dengan ganas ia memainkan dan mengocok batang kelelakian yang telah ereksi maksimal itu.

“Yuk… kita sambil berendam aja!” Ayu “menuntun” penis Faried menuju bak mandi.

Faried hanya bisa pasrah tidak bisa kata-kata menikmati pelayanan Ayu. Ia merebahkan diri ke dalam bathtub dan Ayu dengan perlahan mengocok dan mengurut penisnya di antara busa-busa sabun dan air hangat. Wanita yang duduk di antara dua kakinya sambil terus mengurut dan mengocok penisku. Faried memejamkan mata menikmati setiap sensasi yang menjalari sekujur tubuhnya. Rasa geli yang nikmat ia rasakan setiap gerakan lembut tangan Ayu beraksi naik.

“Eeemmmhhh… enak Mbak…!” erang Faried.

Entah berapa lama ia menikmati permainan tangan Ayu. Lalu ia menarik bahu wanita itu dan membalikkan badannya ke arah badannya. Dipeluknya Ayu dari belakang. Kini tumbuh untuk memberikan kenikmatan buat wanita. Tangannya memainkan payudaranya dengan jalan meremas, meraba dan memilin-milin lembut dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya juga tidak tinggal diam, memainkan paha, lipat paha dan daerah gerbang kewanitaan Ayu. Ayu mengerang, mendesis dan melenguh. Hidung dan lidah Faried menciumi dan menjilati di belakang daun telinga Ayu dan sekitar tengkuknya. Jari-jari kasarnya memilin dan memencet-mencet lembut klitoris dan labia mayora wanita itu.

“Oohhhhhh… .Bang, enak Bang… terushhh… saya milikmu malam ini!” desah ayu

Faried sedang menciumi leher Ayu, memberikan meremas lembut payudara montok itu. Ayu yang sudah sangat berpengalaman dalam hal ini, tak mau kalah. Ia mengocok pelan penis Faried. Sopir bertampang ndeso itu pun semakin buas karena terangsang, ia memutar wajah wanita itu ke belakang lantas bibir mereka bertemu, saling pagut, saling gigit, lidah berbelitan dan air ludah mereka bercampur

Akhirnya setelah seperempat jam, mereka pun menyudahi keinginan yang penuh gairah karena kulit mereka mulai keriput yang disebabkan oleh terlalu kami berendam dalam mandi busa udara. Ayu menciumi wajah ndeso itu dengan penuh kelembutan dan akhirnya berusaha melakukan “french kiss” lagi dengan saling mendekap. Setelah puas melakukan “french kiss”, Ayu berdiri dan memutar kran shower untuk membilas tubuh mereka. Di bawah derai siraman air shower, berhenti kembali berpelukan dan melakukan “french kiss” lagi. Saling meraba, saling mengelus dan menyusuri pasangan masing-masing.

Rupanya Ayu sudah birahi tinggi. Ia menaikkan satu kakinya ke bak mandi pinggir dan menuntun penis Faried ke arah gerbang kewanitaannya.

“Saya udah kepengen banget Bang, ayo setubuhi saya… buat saya menggelepar keenakan!” pintanya.

Faried membantunya sambil tangan kirinya memilin-milin puting payudara kanannya. Ia menggeser-geserkan ujung kepala kemaluannya pada klitorisnya. Perlahan, ia mendorong masuk penisnya ke dalam liang kemaluan Ayu. Pelan .. lembut .. perlahan .. sambil terus mengulum bibir merahnya. Ayu mendekap si sopir taksi sambil mendesis di sela-sela ciuman mereka. Akhirnya amblaslah kira-kira tiga per empat dari panjang kemaluan Faried, dan mulai maju-mundur menggenjot vagina wanita itu. Ayu memejamkan matanya sambil terus mendesis dan melenguh. Ia menggunakan pria itu lebih kencang. Faried mengayunkan pantatnya semakin cepat dengan tusukan-tusukan dalam yang ia kombinasikan dengan tusukan-tusukan dangkal. Ayu membantu dengan putaran pinggulnya, membuat batang kemaluan Faried seperti yang disedot dan diputar oleh liang kemaluannya.

Faried merasakan lubang kemaluan Ayu semakin licin dan semakin mudah semakin mudah untuk melakukan tusukan-tusukan kenikmatan yang mereka rasakan bersama. Setelah agak lama melakukan posisi ini, Ayu menarik pantatnya sehingga batang kemaluan pria itu terlepas dari lubang kemaluannya. Kemudian ia membalikkan badannya dan agak menahan tubuhnya dengan berpegangan pada dinding kamar mandi. Rupanya dia ingin merasakan cara “entry-entry” atau yang lebih populer dengan istilah “doggy style”. Kemaluannya yang berwarna merah jambu sudah membuka, menantang, dan terlihat licin basah. Perlahan Faried memasukkan batang kemaluannya yang tegang kaku dan keras ke dalam lubang kemaluan Ayu.

“Aaaahh… .yahhh!” desis Ayu dengan mengejang tubuh.

Faried mulai mengayunkan pantatnya maju-mundur, menusuk-nusuk lubang kemaluan Ayu. Ayu merapatkan kedua kakinya sehingga batang kemaluan pria itu semakin terjepit di dalam liang kemaluannya. Rasakan kenikmatan yang luar biasa dan sensasi yang dilukiskan dengan kata-kata setiap kali ia menghujamkan kemaluannya. Tangannya meremas-remas pantat Ayu bergantian dengan remasan-remasan pada payudaranya. Sesekali, ia menggigit-gigit kecil di daerah sekitar tengkuk dan pundak wanita itu.

Setelah cukup lama bergumul dalam posisi doggie, tiba-tiba Ayu meminta berhenti Membalik lalu badannya dari posisi “rear entry” ke dan memanggil.

“Nikmati aku sepuas-puasnya malam ini Bang, mungkin ini pertama dan terakhir kalinya buat kita!” katanya dengan nafas tersenggal-senggal.

Habis, respons Ayu langsung mencium Faried dengan ganasnya sambil mencengkeram erat punggung pria itu, merapatkan tubuhnya dan meraih penisnya yang masih menegang. putri77.com Faried mengangkat kaki kiri wanita itu dan mengarahkan penisnya ke liang kemaluannya. Dengan sekali dorong penis itu pun kembali memasuki liang kewanitaan Ayu yang sudah sangat berlendir itu. Penisnya masuk, Faried pun menyentak-nyentaik batang kemaluannya lagi, semakin keras, semakin cepat dan bertenaga. Keduanya semakin lepas kontrol, erangan mereka sahut-menyahut berpadu dengan suara pancuran akibat dilanda nikmat yang luar biasa.

“Aaaarrgghh… .entot memekku, Bang…, yah… gituuuuuhh… yang keras, yang keras… .oohhhh, titit Abang enak bangettthhh!” ceracau Ayu tidak karuan

Faried pun menjadi sangat berguna dan semakin bergairah karena berhasil membuat wanita itu keenakan. Maka ia semakin kuat kuat menyodoki batang kemaluannya di dalam vagina Ayu. Seiring dengan semakin kuatnya rintihan dan erangannya. Ayu merasakan klimaksnya sudah sangat dekat.

“Saya keluaarr Bang ..! Aaagghh ..! ” serunya sambil menerapkan Faried erat-erat.

Ayu merasakan liang kemaluannya berdenyut-denyut seperti menghisap-hisap kemaluannya. Pria itu juga merasakan tubuh Ayu yang menjadi lemas setelah mengalami wanita orgasme. Namun ia masih saja memompa kemaluannya sambil menyangga tubuhnya. Mulutnya menghisap-hisap meletakkan payudaranya, kiri-kanan sambil lidahnya berputar-putar pada ujungnya. Sesekali jari-jariku meraba dan memutar-mutar klitorisnya. Ayu seperti orang yang sedang tak sadarkan diri. Dia hanya ber-ah-uh saja sambil sesekali menciumi bibir tebal Faried. Setelah beberapa saat, dia mengejang lagi, melenguh dan mengerang,

“Aaagghh ..! Ooohh Bang… saya keluaarr lagii ..! ”

Ayu engalami orgasmenya yang kedua kalinya atau istilahnya multiple orgasm. Ayu menciumi pria itu dengan ganasnya sebagai kenikmatan orgasme yang diraihnya.

“Mbak..tahan yah .. saya juga mau keluar sedikit lagi ..” kata Faried sambil memacu pantatnya lebih cepat lagi menghujam liang kemaluan Ayu.

Ayu hanya bisa pasrah. Akhirnya, Faried pun merasakan sebuah gelombang besar yang mencari jalan keluar. Ia mencoba untuk menahannya selama mungkin, tapi gelombang itu semakin besar dan semakin kuat, maka ia berbicara pernapasan, berkonsentrasi penuh. Tangannya yang mendekap erat tubuh Ayu.

“Aaahhh… saya keluar Mbaaakkk!” erangnya melepas orgasme

Faried merasakan kenikmatan yang luar biasa menjalari sekujur tubuhnya. Ada rasa hangat menyelubungi tubuhku. Kemaluannya berdenyut-denyut di dalam liang kemaluan Ayu. Perasaan yang baru pernah merasakannya hidup, bahkan dengan mantan istrinya di kampung yang lugu dan gagap seks. Ayu menjerit kecil merasakan semburan hangat melayani vaginanya merasakan nikmat yang luar biasa

“Fantastis… beneran nih Abang cuma pernah main mantan istri Abang dulu?” Ayu setengah tak percaya.

“Iya sumpah Mbak, emang kenapa?” tanya pria itu keheranan.

“Jajan juga gak pernah?” tanya Ayu lagi sambil meraih penis Faried yang masih ada yang baru saja lepas dari himpitan vaginanya

Faried menggeleng, menatap wajah Ayu yang semakin cantik pasca orgasme dan dalam keadaan basah di bawah siraman shower.

“Saya percaya, orang seperti Abang gak ada bakat untuk bohong” Ayu tertawa renyah.

Faried hanya nyengir kuda lalu mencium lembut kening wanita itu. Ketika batang tubuh kelelakiannya di bawah shower. Ayu menunjukkan dasar dari belakang dan membantu batang tubuh itu. Setelah selesai mandi bareng, mereka saling mengeringkan diri dengan handuk. Ketika Faried dilindungi oleh pakaiannya kembali, Ayu melarangnya dan menawarkan untuk bermalam di situ.

“Abang capek? Malam ini nginep aja di sini… hujannya juga belum berhenti! ” tawar Ayu

“Eerrr… Mbak!” Faried menepuk pundak Ayu yang membelakanginya

“Iya… eeemmm!”

Saat Ayu menoleh, Faried mengisi sebuah ciuman dan dibopongnya Ayu ke arah tempat tidurnya yang berukuran queen size dengan warna serba pink. Diletakkannya tubuh telanjang Ayu perlahan di tempat tidurnya. Ia ciumi sekujur tubuhnya. Setelah puas, ia berbaring di sebelahnya, mendekap tubuh wanita itu dan mulutnya menciumi di sekitar daun telinganya sambil berbaring mengelus-elus punggungnya. Tak lama kemudian Ayu tertidur dengan senyum di bibirnya. Faried mengecup lembut bibirnya, lalu ikut tidur di sampingnya, beredekapan, telanjang di bawah selimut.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Related posts